Bahasa ibndonesia (Materi kelas XI Semester genap)
Posted by Puncak Adhi on 00:17 with No comments
A.
Pilihan Kata atau Ungkapan untuk
Memulai
Percakapan
Proses penyampaian bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi secara lisan dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya berhadapan atau bertatap
muka dengan mitra bicara dan tidak langsung ialah dengan menggunakan sarana seperti
telepon atau media komunikasi yang lainnya. Apa pun caranya,
yang jelas setiap proses komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua pihak sehingga terjadi hasil yang efektif dan memuaskan. Agar dapat terjadi hubungan komunikasi timbal balik yang sesuai dengan tujuan komunikasi, segala hal yang berkaitan dengan proses komunikasi harus diperhatikan. Unsur utama dalam komunikasi adalah bagaimana seseorang dapat menggunakan bahasa yang baik dan tepat.
Selain itu, perlu dipertimbangkan pula aspek situasi, waktu, tempat, dan hubungan pembicara mitra atau kawan bicaranya, misalnya, saat membuka percakapan, saat menyampaikan pesan, dan ketika akan menutup pembicaraan. Hal ini biasanya memengaruhi pilihan kata dan ungkapan yang digunakan dalam percakapan.
Untuk memulai percakapan dalam situasi formal biasanya menggunakan ungkapan sebagai berikut:
yang jelas setiap proses komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua pihak sehingga terjadi hasil yang efektif dan memuaskan. Agar dapat terjadi hubungan komunikasi timbal balik yang sesuai dengan tujuan komunikasi, segala hal yang berkaitan dengan proses komunikasi harus diperhatikan. Unsur utama dalam komunikasi adalah bagaimana seseorang dapat menggunakan bahasa yang baik dan tepat.
Selain itu, perlu dipertimbangkan pula aspek situasi, waktu, tempat, dan hubungan pembicara mitra atau kawan bicaranya, misalnya, saat membuka percakapan, saat menyampaikan pesan, dan ketika akan menutup pembicaraan. Hal ini biasanya memengaruhi pilihan kata dan ungkapan yang digunakan dalam percakapan.
Untuk memulai percakapan dalam situasi formal biasanya menggunakan ungkapan sebagai berikut:
1.
Selamat pagi.
2.
Selamat siang.
3.
Selamat malam.
4.
Assalamu’alaikum pemirsa di
mana saja Anda berada.
5.
Salam sejahtera bagi kita semua.
6.
Selamat malam para pendengar radio.
7.
Selamat datang.
Atau ucapan pembuka dengan sapaan:
1.
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta
hadirin ... selamat malam
2.
Para tamu undangan yang kami
muliakan.
3.
Assalamu ‘alaikum, Saudara-saudaraku
....
4.
Yang terhormat dewan guru ....
5.
Yang saya hormati Kepala Sekolah
....
6.
Teman-teman yang saya cintai,
selamat pagi ....
7.
Siswa-siswi yang saya sayangi ...
8.
Para pendengar setia radio Sonora,
selamat berjumpa.
9.
Hadirin yang berbahagia, selamat
datang, selamat malam ....
10.
Para karyawan PT. Sejahtera, selamat
siang ....
11.
Sahabat yang dimuliakan Allah,
Assalamu’alaikum ....
12.
Para pemirsa, kita berjumpa lagi
selama tiga puluh menit ke depan....
13.
Selamat malam, Pak, saya Ardi. Bisa
bertemu dengan ....
14.
Selamat pagi, apakah saya bisa
bertemu dengan Bapak ....
Ungkapan pembuka lewat telepon dalam ragam formal:
1.
Assalamu’alaikum…
2.
Selamat pagi. Bisa bicara dengan…
saya dari…
3.
Selamat sore, ada yang bisa saya
bantu?
4.
Halo, selamat siang…
5.
Selamat pagi. Saya Ahmad. Bisa
bicara dengan...
6.
Wa’alaikum salam, Yayasan Restu Ibu,
ada yang bisa kami bantu?
7.
PT. Rahmat, Assalamu’alaikum, ada
yang bisa dibantu
8.
Cafe Halal, Selamat Malam...
9.
Selamat sore. Maaf mengganggu, bisa
bicara dengan...
Ungkapan atau salam pembuka pada percakapan di telepon dalam
situasi nonformal:
situasi nonformal:
1.
Halo, gimana kabarnya?
2.
Halo, Rahmatnya ada?
3.
Halo, ada Wiwin, Bu?
4.
Halo, Pak. Bisa dengan Zulkifli?
B.
Salam dan Ungkapan dalam Mengakhiri
Percakapan
Ketika akan mengakhiri percakapan biasanya seseorang akan menegaskan kembali hal-hal pokok yang berkaitan dengan materi pembicaraan yang dianggap penting untuk diingat atau dilakukan kepada kawan bicaranya. Selanjutnya baru menyampaikan ucapan penutup
pembicaraan. Saat akan mengakhiri percakapan, biasanya pembicara mengucapkan hal-hal seperti di bawah ini.
Ketika akan mengakhiri percakapan biasanya seseorang akan menegaskan kembali hal-hal pokok yang berkaitan dengan materi pembicaraan yang dianggap penting untuk diingat atau dilakukan kepada kawan bicaranya. Selanjutnya baru menyampaikan ucapan penutup
pembicaraan. Saat akan mengakhiri percakapan, biasanya pembicara mengucapkan hal-hal seperti di bawah ini.
1.
Menegaskan kembali yang hal
penting dari apa yang telah dibicarakan agar tetap diingat atau tak lupa untuk
dilakukan.
Dalam
situasi formal. Contoh:
1.
Baiklah, jangan lupa datang di acara
wisudaku
2.
Baiklah pemirsa di rumah, jika ada
saran dan kritik, kirimkan ke ...
3.
Jadi, jangan sampai lupa rencana
kita.
4.
Baiklah, sampai bertemu besok di
rapat.
5.
Sebelum mengakhiri diskusi ini, saya
ingatkan kembali ....
6.
Sebelum menutup rapat ini, saya
tegaskan kembali ...
7.
Demikian yang bisa saya sampaikan,
ingat ...
8.
Sekian saja pertemuan kita hari ini,
jangan lupa ....
9.
Sebelum ditutup, saya ingatkan
kembali ....
10.
Sebagai penutup, kita simpulkan
bahwa ....
11.
Insya Allah, kita akan mengadakan
pertemuan kembali ....
Dalam
situasi nonformal. Contoh:
1. Oke, jangan lupa besok ketemu ....
2. Udah dulu, ya, pokoknya besok ....
3. Oke, jadi, kan besok?
4. Sampai minggu depan, ingat kita masih ada urusan
5. Sip deh, jadi kita besok berangkat ...
1. Oke, jangan lupa besok ketemu ....
2. Udah dulu, ya, pokoknya besok ....
3. Oke, jadi, kan besok?
4. Sampai minggu depan, ingat kita masih ada urusan
5. Sip deh, jadi kita besok berangkat ...
2.
Mengucapkan terima kasih
Dalam situasi formal. Contoh:
Dalam situasi formal. Contoh:
1.
Atas perhatian Bapak dan Ibu
sekalian, kami mengucapkan terima
kasih.
kasih.
2.
Terima kasih atas waktu dan
kesempatannya.
3.
Terima kasih atas kesedian waktunya.
4.
Terima kasih atas segala bantuan
yang telah diberikan.
5.
Terima kasih untuk pesan-pesannya.
Dalam situasi nonformal. Contoh:
1.
Makasih banyak!
2.
Makasih, ya!
3.
Trims, yuk!
4.
Thanks sudah mau kasih saran!
Permintaan maaf. Dalam situasi formal. Contoh:
1.
Kami mohon maaf jika ada pelayanan
yang tak berkenan.
2.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang
tak pantas.
3.
Sebelumnya kami mohon maaf
bila tak berkenan ....
4.
Mohon maaf atas keterlambatan ....
5.
mohon dibukakan pintu maaf jika ada
kesalahan ucapan ....
Dalam situasi nonformal. Contoh:
1.
Maaf, ya, kalau ada salah ucap.
2.
Maafin ya, kalau ada salah kata.
3.
Maaf, ya!
4.
Ungkapan perpisahan serta harapan
Dalam situasi formal. Contoh:
1.
Selamat jalan semoga sampai
ditujuan.
2.
Semoga berhasil, sampai jumpa.
3.
Selamat berpisah, semoga kita
bertemu lagi.
4.
Sampai berjumpa dalam kesempatan
yang lain.
5.
Sampai di sini dulu pertemuan kita,
semoga sukses.
Ucapan perpisahan nonformal. Contoh:
1.
Dada ..
2.
Bye ...
3.
Goodbye ..
4.
Sampai nanti,ya ..
5.
Dah, yuk!
6.
Sampai nanti, ya!
7.
Salam buat keluarga, ya!
Menutup percakapan dengan salam penutup. Salam penutup
biasanyadisesuaikan dengan salam pembuka atau berdaarkan waktu. Dalam situasi
formal. Contoh:
1.
Assalamu’alaikum.
2.
Selamat malam.
3.
Selamat siang.
Salam penutup dalam situasi nonformal. Contoh:
1.
Met malam!
2.
Malam.
3.
Assalamu’alaikum.
4.
Siang.
C.
Penerapan Pola gilir dalam
Percakapan secara Aktif
Dalam percakapan terkadang terjadi pola satu arah diakibatkan oleh seseorang mendominasi pembicaraan. Agar percakapan dapat berlangsung dengan merata dalam arti setiap orang yang terlibat percakapan mendapat giliran yang sama dalam berbicara, dapat diterapkan sistem pola gilir. Penerapan pola gilir dapat dilakukan dengan cara melemparkan pertanyaan. Apalagi jika Anda moderator atau pemimpin dalam diskusi, Anda bisa meminta anggota. Di bawah ini, beberapa contoh ungkapannya:
Dalam percakapan terkadang terjadi pola satu arah diakibatkan oleh seseorang mendominasi pembicaraan. Agar percakapan dapat berlangsung dengan merata dalam arti setiap orang yang terlibat percakapan mendapat giliran yang sama dalam berbicara, dapat diterapkan sistem pola gilir. Penerapan pola gilir dapat dilakukan dengan cara melemparkan pertanyaan. Apalagi jika Anda moderator atau pemimpin dalam diskusi, Anda bisa meminta anggota. Di bawah ini, beberapa contoh ungkapannya:
1.
Bagaimana menurut pendapat Anda?
2.
Mungkin di antara kalian ada yang
berpendapat lain?
3.
Menurut pandanganmu gimana?
4.
Adakah yang memiliki pendapat lain?
5.
Mungkin ada yang mempunyai gagasan
lain?
6.
Saya yakin ada yang mempunyai
pendapat yang lebih baik.
D.
Mengalihkan Topik Pembicaraan secara
Halus
Dalam suatu percakapan baik formal, semi formal, maupun nonformal, pengalihan pembicaraan ke topik lain biasa terjadi. Hal ini bisa diakibatkan karena adanya keterkaitan antara satu masalah terhadap masalah lainnya atau satu topik terhadap topik lainnya. Dalam suatu pembicaraan, pengembangan gagasan atau meluasnya pembicaraan kepada pokok pembicaraan yang lain masih dianggap wajar jika tetap pada pokok
persoalan yang sedang dibahas. Proses pengalihan topik pembicaraan bisa disadari dan juga tidak disadari. Jika memang harus dilakukan, pengalihan topik dapat dilakukan
secara halus dan santun agar tak mengganggu kenyamanan proses percakapan yang tengah berlangsung. Pengalihan topik dapat dilakukan dengan ungkapan berikut:
Dalam suatu percakapan baik formal, semi formal, maupun nonformal, pengalihan pembicaraan ke topik lain biasa terjadi. Hal ini bisa diakibatkan karena adanya keterkaitan antara satu masalah terhadap masalah lainnya atau satu topik terhadap topik lainnya. Dalam suatu pembicaraan, pengembangan gagasan atau meluasnya pembicaraan kepada pokok pembicaraan yang lain masih dianggap wajar jika tetap pada pokok
persoalan yang sedang dibahas. Proses pengalihan topik pembicaraan bisa disadari dan juga tidak disadari. Jika memang harus dilakukan, pengalihan topik dapat dilakukan
secara halus dan santun agar tak mengganggu kenyamanan proses percakapan yang tengah berlangsung. Pengalihan topik dapat dilakukan dengan ungkapan berikut:
1.
Mungkin ada kaitannya dengan ....
2.
Mungkin menyimpang sedikit, tapi
....
3.
Bagaimana menurut Anda mengenai
faktor lain seperti ...
4.
Maaf, saya dengar Ibu suka juga pada
...
5.
Bagaimana jika kita meninjau sisi lain
misalnya ....
6.
Persoalan ini berkaitan juga dengan
masalah...
Dalam situasi nonformal, pengalihan topik pembicaraan dapat dilakukan
dengan menyatakan ungkapan:
1.
Saya dengar Bapak bisa melakukan hal
lain, seperti ....
2.
Wah, makin seru kalau kita bicara
soal ....
3.
Boleh tau pandangan Ibu tentang ....
Pengalihan topik dalam suatu diskusi bisa saja menyimpang
dari pokok persoalan semula. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Jika Anda
moderator, lainnya memberikan pendapat, gagasan, atau penilaian.
Anda harus bisa mengembalikan pembicaraan yang menyimpang tersebut kembali pada topik pembicaraan yang sebenarnya, dengan mengucapkan:
1.
Maaf, pertanyaan agar dipersingkat.
2.
Maaf, pertanyaan langsung ke pokok
permasalahan.
3.
Pertanyaan agar terfokus pada topik
pembicaraan ....
4.
Saya ingatkan kembali bahwa topik pembicaraan
kita adalah ....
E.
Menggungkapkan Perbedaan Pendapat
secara Halus
Perbedaan pendapat di antara pembicara baik pada forum diskusi atau situasi semiformal sudah biasa terjadi. Tidak setiap orang selalu menyetujui pendapat mitra bicaranya. Masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikirannya sendiri. Tetapi, perbedaan pendapat itu tak boleh menjadi pemicu konflik. Perbedaan pendapat dapat semakin memberi wawasan yang lebih luas tentang suatu pokok permasalahan. Mencari solusinya bisa lebih variatif. Segala unsur yang berbeda dicarikan sudut persamaannya atau disinergikan untuk mengarah pada satu kesimpulan atau penyelesaian. Bukan hanya itu saja, setiap perbedaan pendapat harus dihormati dan disikapi secara santun. Ungkapan seperti, mustahil, itu tidak benar, pendapatnya tidak masuk akal, dan itu gagasan orang bodoh harus dihindari. Ungkapan itu bukan saja dapat menyinggung mitra bicara, tetapi juga bisa merendahkan harga diri orang.
Menyampaikan pendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita dapat dilakukan secara halus dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Perbedaan pendapat di antara pembicara baik pada forum diskusi atau situasi semiformal sudah biasa terjadi. Tidak setiap orang selalu menyetujui pendapat mitra bicaranya. Masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikirannya sendiri. Tetapi, perbedaan pendapat itu tak boleh menjadi pemicu konflik. Perbedaan pendapat dapat semakin memberi wawasan yang lebih luas tentang suatu pokok permasalahan. Mencari solusinya bisa lebih variatif. Segala unsur yang berbeda dicarikan sudut persamaannya atau disinergikan untuk mengarah pada satu kesimpulan atau penyelesaian. Bukan hanya itu saja, setiap perbedaan pendapat harus dihormati dan disikapi secara santun. Ungkapan seperti, mustahil, itu tidak benar, pendapatnya tidak masuk akal, dan itu gagasan orang bodoh harus dihindari. Ungkapan itu bukan saja dapat menyinggung mitra bicara, tetapi juga bisa merendahkan harga diri orang.
Menyampaikan pendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita dapat dilakukan secara halus dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.
Nyatakan permohonan “maaf” dahulu.
2.
Berikan kesan mendukung gagasan yang
akan disanggah sebelum
menyertakan kekurangannya.
menyertakan kekurangannya.
3.
Ungkapkan kekurangan dengan
perkataan yang halus seperti, “kurang”
atau “belum,” bukan kata-kata “tidak”.
atau “belum,” bukan kata-kata “tidak”.
4.
Ungkapkan kekurangan pendapat mitra
bicara dengan alasan yang
logis.
logis.
BERDISKUSI
YANG BERMAKNA DALAM KONTEKS BEKERJA
A. Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu
unsur-unsur berikut.
Untuk mengadakan sebuah diskusi harus dipersiapkan terlebih dahulu
unsur-unsur berikut.
1.
Unsur manusia, yaitu moderator atau
pemimpin diskusi, penyaji/nara-
sumber/pemrasaran/pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta diskusi
Jika diskusi tidak dihadiri pembicara, orang yang bertugas membahas
masalah adalah moderator selaku pemimpin diskusi.
sumber/pemrasaran/pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta diskusi
Jika diskusi tidak dihadiri pembicara, orang yang bertugas membahas
masalah adalah moderator selaku pemimpin diskusi.
2.
Unsur materi, seperti topik diskusi
atau permasalahan, dan tujuan atau
sasaran.
sasaran.
3.
Unsur fasilitas, seperti
ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya meja,
kursi, papan tulis, dan kertas.
kursi, papan tulis, dan kertas.
Diskusi dapat diartikan dengan kegiatan bertukar pikiran
secara lisan. Diskusi biasanya dilakukan karena ada masalah atau persoalan yang
perlu dibahas dan dipecahkan. Diskusi secara umum bertujuan untuk mencari solusi
atau penyelesaian suatu masalah secara teratur dan terarah. Yang dimaksud
teratur dan terarah ialah semua unsur-unsur yang ada di dalam diskusi
berfungsi, baik peserta, pembicara, maupun moderator menjalankan
tugasnya dengan baik, saling bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk mencapai kesepakatan atau penyelesaian yang baik. Diskusi yang baik akan membawa manfaat yang baik. Manfaat diskusi ialah:
tugasnya dengan baik, saling bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk mencapai kesepakatan atau penyelesaian yang baik. Diskusi yang baik akan membawa manfaat yang baik. Manfaat diskusi ialah:
1.
membiasakan sikap saling menghargai
2.
menanamkan sikap demokrasi
3.
mengembangkan daya berpikir
4.
mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman
5.
mewujudkan proses kreatif dan
analitis
6.
mengembangkan kebebasan pribadi
7.
melatih kemampuan berbicara
B.
Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur-unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi bisa berjalan dengan lancar maka setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik. Tugas unsur-unsur diskusi adalah sebagai berikut.
Setiap unsur-unsur di dalam diskusi memiliki tugas dan peranannya masing-masing. Agar diskusi bisa berjalan dengan lancar maka setiap unsur diskusi harus menjalankan tugas dan peranannya tersebut dengan baik. Tugas unsur-unsur diskusi adalah sebagai berikut.
1.
Tugas Moderator/Pemimpin Diskusi
a.
Menyiapkan pokok masalah yang akan
dibicarakan
b.
Membuka diskusi dan menjelaskan
topik diskusi
c.
Memperkenalkan komponen diskusi
terutama pembicara jika ada
unsur pembicara/penyaji
unsur pembicara/penyaji
d.
Membuat diskusi menjadi hidup atau
dinamis
e.
Mengatur proses penyampaian gagasan
atau tanya jawab
f.
Menyimpulkan diskusi dan membacakan
simpulan diskusi
g.
Menutup diskusi
2.
Tugas Pembicara
a.
Menyiapkan materi diskusi sesuai
topik yang akan dibahas
b.
Menyajikan pembahasan materi atau
menyampaikan gagasangagasan serta pandangan yang berkaitan dengan topik diskusi
c.
Menjawab pertanyaan secara objektif
dan argumentative
d.
Menjaga agar pertanyaan tetap pada
konteks pembicaraan
3.
Tugas dan Peranan Notulis
a.
Mencatat topik permasalahan
b.
Waktu dan tempat diskusi berlangsung
c.
Mencatat jumlah peserta
d.
Mencatat segala proses yang langsung
dalam diskusi
e.
Menuliskan kesimpulan atau hasil
diskusi
f.
Membuat laporan hasil diskusi
g.
Mendokumentasikan catatan tentang
diskusi yang telah dilakukan
4.
Peranan atau Tugas Peserta Diskusi
a.
Mengikuti tata tertib dan aturan
dalam diskusi
b.
Mempelajari topik/permasalahan
diskusi
c.
Mengajukan pertanyaan, pendapat/sanggahan,
atau usulan
d.
Menunjukkan solidaritas dan
partisipasi
e.
Bersikap santun dan tidak emosional
f.
Memusatkan perhatian
g.
Turut serta menjaga kelancaran dan kenyamanan
diskusi
C.
Menyampaikan Pendapat dan Gagasan
dalam Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasanalasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.
Pendapat juga harus bersifat analitis, maksudnya pendapat disampaikan secara sistematis, teratur, dan mendalam serta tidak berbelit-belit. Selain itu, pendapat juga harus disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang disampaikan merupakan hal yang baru dan bernilai tinggi atau berkualitas. Namun, semua pengungkapan gagasan, ide, atau usulan harus disampaikan dengan bahasa yang santun, jelas, tepat, dan objektif.
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasanalasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.
Pendapat juga harus bersifat analitis, maksudnya pendapat disampaikan secara sistematis, teratur, dan mendalam serta tidak berbelit-belit. Selain itu, pendapat juga harus disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang disampaikan merupakan hal yang baru dan bernilai tinggi atau berkualitas. Namun, semua pengungkapan gagasan, ide, atau usulan harus disampaikan dengan bahasa yang santun, jelas, tepat, dan objektif.
D.
Menyampaikan Tanggapan dan
Sanggahan di dalam Diskusi
Adalah wajar dalam setiap diskusi terjadi perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat di dalam diskusi menyebabkan diskusi berkembang asalkan
cara menyampaikan perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran dan saling
menghargai. Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau penolakan atas
pendapat serta usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan dapat
diungkapkan dengan memerhatikan hal-hal berikut.
1.
Menyatakan permohonan
maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan sanggahan
atau ketidaksetujuan
2.
Memberikan pujian atau penghargaan
terhadap pendapat yang akan ditanggapi
3.
Menyampaikan sanggahan atau
tanggapan dengan alasan yang masuk akal
4.
Sanggahan diusahakan menyempurnakan
atau memberikan solusi alternatif terhadap gagasan yang akan ditanggapi.
5.
Ungkapan-ungkapan yang merendahkan,
seperti, tertolak, tidak masuk akal, pendapat orang kampung, dan lain-lain
harus dihindarkan.
Di bawah ini adalah contoh kata atau ungkapan yang
dapat digunakan untuk memberikan tanggapan atau sanggahan atas pendapat orang
lain.
1.
Maaf, saya kurang sependapat ....
2.
barangkali perlu ditinjau kembali
3.
Masih ada yang kurang sesuai dengan
topik permasalahan.
4.
Saya kira masih ada pilihan lain misalnya
....
5.
Maaf, pendapat saya sedikit
berbeda ....
Tanggapan bukan hanya memberi sanggahan, tapi juga mendukung
ide, gagasan, atau pendapat orang lain di dalam diskusi. Untuk menyampaikan
persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan
hal-hal berikut.
1.
Pernyataan dukungan diungkapkan
dengan jelas, tidak berbelitbelit serta dengan bahasa yang santun
2.
Persetujuan juga diungkapkan dengan
logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima.
3.
Persetujuan disampaikan dengan wajar
dan tidak berlebihan.
4.
Dukungan harus diungkapkan secara
objektif.
Di bawah ini adalah contoh ungkapan yang dapat dipergunakan
untuk menyampaikan dukungan atau persetujuan.
1.
Pendapat Anda sesuai dengan topik
yang dibahas.
2.
Saya setuju dengan pendapat Anda.
3.
Saya mendukung pendapat Saudara.
4.
Apa yang Saudara katakan sama dengan
pemikiran saya.
E.
Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikut sertakan agar simpulan yang diambil lebih objektif dan valid. Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan berdasarkan hal-hal berikut.
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikut sertakan agar simpulan yang diambil lebih objektif dan valid. Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan berdasarkan hal-hal berikut.
1.
Pendapat yang dapat diterima oleh
semua peserta diskusi.
2.
Data-data dan fakta yang benar dan
dapat diterima kebenarannya oleh peserta diskusi.
3.
Segala pendapat atau gagasan yang
sama dan sejalan.
4.
Voting atau mengambil suara terbanyak
dari peserta diskusi yang hadir.
5.
Simpulan diupayakan merupakan rumusan
yang inovatif, solusif, dan implementatif
BERNEGOSIASI
YANG MENGHASILKAN DALAM KONTEKS BEKERJA
A.
Pengertian Negosiasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi adalah: Proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dan pihak lainnya; penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa. Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa negosiasi adalah proses yang ditimbulkan oleh adanya unsur dua pihak, perbedaan, dan keinginan untuk berunding. Negosiasi dapat diartikan pula kegiatan yang ditimbulkan oleh keinginan untuk memenangkan kemauan atau kepentingan sendiri karena terhambat oleh kepentingan pihak lain atau adanya pemikiran yang bertolak belakang. Pihak yang satu merasa konsep, gagasan, program, atau sesuatu yang diingini dianggap sudah benar,
sementara pihak lain berpikiran sebaliknya. Dengan adanya perbedaan prinsip tapi berada dalam kepentingan dan tujuan yang sama, terjadilah negosiasi. Untuk mencapai negosiasi yang menghasilkan, perlu adanya penyampaian argumentasi yang kuat dan tak terbantahkan dengan kalimat yang menarik dan santun. Melalui kalimat yang menarik dan santun, diharapkan pihak lain, selain mengakui kebenaran pendapat yang dikemukakan juga tertarik pada penjelasan yang disampaikan sehingga bersepakat. Kita harus memiliki kemampuan bernegosiasi untuk berbagai hal yang mungkin perlu dinegosiasikan. Kemampuan bernegosiasi juga diperlukan jika suatu saat kita terlibat dalam kegiatan bernegosiasi, seperti untuk kepentingan organisasipekerjaan, atau yang berhubungan dengan hajat orang banyak. Untuk dapat bernegosiasi dengan baik dan berhasil, beberapa hal berikut yang perlu kita perhatikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), negosiasi adalah: Proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dan pihak lainnya; penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa. Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa negosiasi adalah proses yang ditimbulkan oleh adanya unsur dua pihak, perbedaan, dan keinginan untuk berunding. Negosiasi dapat diartikan pula kegiatan yang ditimbulkan oleh keinginan untuk memenangkan kemauan atau kepentingan sendiri karena terhambat oleh kepentingan pihak lain atau adanya pemikiran yang bertolak belakang. Pihak yang satu merasa konsep, gagasan, program, atau sesuatu yang diingini dianggap sudah benar,
sementara pihak lain berpikiran sebaliknya. Dengan adanya perbedaan prinsip tapi berada dalam kepentingan dan tujuan yang sama, terjadilah negosiasi. Untuk mencapai negosiasi yang menghasilkan, perlu adanya penyampaian argumentasi yang kuat dan tak terbantahkan dengan kalimat yang menarik dan santun. Melalui kalimat yang menarik dan santun, diharapkan pihak lain, selain mengakui kebenaran pendapat yang dikemukakan juga tertarik pada penjelasan yang disampaikan sehingga bersepakat. Kita harus memiliki kemampuan bernegosiasi untuk berbagai hal yang mungkin perlu dinegosiasikan. Kemampuan bernegosiasi juga diperlukan jika suatu saat kita terlibat dalam kegiatan bernegosiasi, seperti untuk kepentingan organisasipekerjaan, atau yang berhubungan dengan hajat orang banyak. Untuk dapat bernegosiasi dengan baik dan berhasil, beberapa hal berikut yang perlu kita perhatikan.
1.
Memahami persoalan yang akan
dinegosiasikan.
2.
Memiliki informasi dan data tentang
persoalan yang akan dinegosiasikan sebagai bahan argumentasi
3.
Mengungkapkan gagasan atau pendapat
dengan alasan yang rasional
4.
Menyampaikan penjelasan dengan
kalimat yang menarik, efektif, dan santun
5.
Bersikap sabar dan terbuka menerima
pendapat orang lain
6.
Berupaya meyakinkan mitra bicara
tentang penting dan bergunanya hal yang kita negosiasikan secara santun
7.
Menghindari sikap menjatuhkan
pendapat orang lain
8.
Memiliki beberapa alternatif konsep
lain yang tak jauh beda bila konsep pertama tak bisa diperjuangkan
Di samping itu, kita harus banyak berlatih mengungkapkan pendapat melalui diskusi atau dialog. Dengan seringnya berlatih menyampaikan kalimat yang menarik dan santun, kita akan mudah serta terampil bernegosiasi. Salah satu pelatihan untuk belajar bernegosiasi ialah seringnya mengikuti rapat-rapat dalam organisasi sekolah seperti OSIS.
B.
Bernegosiasi dalam Menyusun Program
Kerja
Sebuah organisasi pasti memiliki program kerja sebagai acuan kegiatan selama kurun waktu tertentu. Program kerja berisi rencana-rencana kegiatan yang rutin dan insidental disertai jadwal atau waktu pelaksanaannya. Semua kegiatan biasanya dirancang berdasarkan tujuan serta visi dan misi organisasi tersebut. Di sekolah ada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang merupakan wadah seluruh kegiatan siswa terutama kegiatan ekstrakulikuler (ekskul). OSIS juga mempunyai program kerja yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang diindukinya, seperti paskibra, pramuka, keagamaan, PMR, kesenian, atau olahraga. Setiap bidang kegiatan pada awal tahun membuat program kegiatan yang selanjutnya akan menjadi agenda/program kerja tahunan OSIS. Sebuah program kerja tidak serta merta dibuat dan dapat dilaksanakan, tetapi harus melalui perundingan dan permufakatan di kalangan pengurus OSIS lainnya. Hal itu perlu sebab sebuah program kegiatan harus dipahami dulu latar belakang, tujuan, sasaran, tempat pelaksanaan, orang-orang yang melaksanakan, serta biaya yang dikeluarkan. Tak jarang
sebuah program atau rencana kerja sebelum pembentukan panitia untuk dilaksanakan, perlu dirundingkan dulu. Singkatnya, sebuah program harus dipelajari dengan cermat apakah rencana kerja atau kegiatan tersebut layak dilaksanakan dan tujuannya sesuai dengan visi dan misi organisasi. Selain itu, program kerja juga harus realistis, logis, dan ekonomis. Dalam perundingan mengenai program kerja, ada program yang diterima ada juga yang tertolak atau perlu direvisi bergantung pada argumentasi pihak pembuat program. Tentunya melalui tawar-menawar antara pengusul program dan pihak yang menolak. Tawar-menawar dalam merumuskan sesuatu itu wajar terjadi. Inilah yang disebut negosiasi.
Sebuah organisasi pasti memiliki program kerja sebagai acuan kegiatan selama kurun waktu tertentu. Program kerja berisi rencana-rencana kegiatan yang rutin dan insidental disertai jadwal atau waktu pelaksanaannya. Semua kegiatan biasanya dirancang berdasarkan tujuan serta visi dan misi organisasi tersebut. Di sekolah ada Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang merupakan wadah seluruh kegiatan siswa terutama kegiatan ekstrakulikuler (ekskul). OSIS juga mempunyai program kerja yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang diindukinya, seperti paskibra, pramuka, keagamaan, PMR, kesenian, atau olahraga. Setiap bidang kegiatan pada awal tahun membuat program kegiatan yang selanjutnya akan menjadi agenda/program kerja tahunan OSIS. Sebuah program kerja tidak serta merta dibuat dan dapat dilaksanakan, tetapi harus melalui perundingan dan permufakatan di kalangan pengurus OSIS lainnya. Hal itu perlu sebab sebuah program kegiatan harus dipahami dulu latar belakang, tujuan, sasaran, tempat pelaksanaan, orang-orang yang melaksanakan, serta biaya yang dikeluarkan. Tak jarang
sebuah program atau rencana kerja sebelum pembentukan panitia untuk dilaksanakan, perlu dirundingkan dulu. Singkatnya, sebuah program harus dipelajari dengan cermat apakah rencana kerja atau kegiatan tersebut layak dilaksanakan dan tujuannya sesuai dengan visi dan misi organisasi. Selain itu, program kerja juga harus realistis, logis, dan ekonomis. Dalam perundingan mengenai program kerja, ada program yang diterima ada juga yang tertolak atau perlu direvisi bergantung pada argumentasi pihak pembuat program. Tentunya melalui tawar-menawar antara pengusul program dan pihak yang menolak. Tawar-menawar dalam merumuskan sesuatu itu wajar terjadi. Inilah yang disebut negosiasi.
C.
Bernegosiasi dengan Santun
Seperti juga dalam diskusi ada yang menyanggah suatu usulan dan ada yang mendukung, semua itu harus berakhir pada satu titik pertemuan pandangan yang melahirkan suatu simpulan. Demikian juga dengan negosiasi. Pada sebuah musyawarah atau perundingan, pada akhirnya harus menuju suatu keputusan yang damai dan dapat diterima semua pihak. Oleh sebab itu, proses bernegosasi harus dilakukan dengan bahasa yang santun,
menggunakan ungkapan yang tidak bernuansa konflik. Sanggahan yang diutarakan juga dengan alasan yang tepat dan dapat menyakinkan orang lain. Jika butuh sebuah perincian, kemukakan dengan lugas, dan tidak berputar-putar sehingga tidak membuat orang salah pengertian.
Seperti juga dalam diskusi ada yang menyanggah suatu usulan dan ada yang mendukung, semua itu harus berakhir pada satu titik pertemuan pandangan yang melahirkan suatu simpulan. Demikian juga dengan negosiasi. Pada sebuah musyawarah atau perundingan, pada akhirnya harus menuju suatu keputusan yang damai dan dapat diterima semua pihak. Oleh sebab itu, proses bernegosasi harus dilakukan dengan bahasa yang santun,
menggunakan ungkapan yang tidak bernuansa konflik. Sanggahan yang diutarakan juga dengan alasan yang tepat dan dapat menyakinkan orang lain. Jika butuh sebuah perincian, kemukakan dengan lugas, dan tidak berputar-putar sehingga tidak membuat orang salah pengertian.
Categories: Bahasa Indonesia
0 komentar:
Post a Comment